RASA PAHIT DI MULUT PERTANDA GERD ?

APA ITU GERD ?

Suatu keadaan patologis dimana terjadi refluks dari asam lambung ke bagian esofagus dengan berbagai macam gejala akibat keterlibatan dari esofagus, faring, laring, dan saluran nafas.1 Refluks terjadi melalui sfingter yang menjadi pemisah antara esofagus dengan lambung.2 



SEBERAPA SERING SIH GERD TERJADI ?

    Kejadian GERD sering terjadi pada negara-negara bagian barat, namun relatif rendah di negara Asia-Afrika. Laporan di Amerika menunjukkan 1 dari 5 orang setiap minggunya mengalami regurgitasi dan/atau heartburn minimal sekali, serta lebih dari 40% mengalami gejala tersebut sekali dalam sebulan. Prevalensi esofagitis di Amerika Serikat mendekati 7% dibandingkan dengan negara non-western lebih rendah yaitu 1,5% di China dan 2,7& di Korea.

    Di Indonesia sendiri, kasus GERD belum diketahui data pastinya, namun kasus esofagitis yang terdapat di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta sebanyak 22,8% dari seluruh pasien yang menjalani endoskopi atas dasar indikasi dispepsia.1


KOK BISA KENA GERD ?

    Patofisiologi GERD adalah multifaktorial, dimana terdapat berbagai macam mekanisme yang terlibat, yaitu pengaruh tonus otot sfingter esofagus bagian bawah, adanya hernia hiatus, pertahanan mukosa esofagus terhadap refluks dan motilitas esofagus.3

  • Gangguan Fungsi Sfingter Esofagus Bawah
    Sfingter esofagus bagian bawah merupakan bagian yang memisahkan antara esofagus dengan lambung, dimana bagian ini mencegah agar isi lambung tidak kembali naik ke atas. Pada pasien GERD, terdapat kelemahan pada otot sfingter esofagus bagian bawah, sehingga isi lambung dapat naik secara tiba-tiba ke atas.3
  • Hernia Hiatus
    Hernia hiatus atau hiatal merupakan suatu keadaan dimana bagian atas perut menonjol melalui diafragma yang memisahkan antara perut dan dada.4 Hal ini dapat menyebabkan terjadinya GERD, dimana makanan yang ada pada lambung terdorong ke atas. Namun hal tersebut tergantung dari besarnya ukuran hernia yang terjadi, semakin besar ukurannya maka semakin besar pula kejadian terjadinya refluks.3
  • Gangguan Pertahanan Mukosa Esofagus Terhadap Refluks Lambung
    Mukosa esofagus terdiri dari berbagai konstituen struktural dan fungsional yang berfungsi sebagai penghalang, pertahanan, dan pelindung terhadap zat luminal. Penghalang ini dapat ditembus oleh kontak yang terlalu lama dengan refluksat, yang terdiri dari asam lambung (asam klorida dan pepsin) dan isi duodenum yang bersifat basa (garam empedu dan enzim pankreas), yang menyebabkan kerusakan mukosa. Faktor lain seperti pengosongan lambung yang tertunda berkontribusi pada gejala GERD.1,3
  • Kerusakan pada Peristaltik Esofagus
    Normalnya, asam lambung yang naik ke esofagus akan dibersihkan melalui peristaltikesofagus dan dinetralkan oleh bikarbonat saliva. Namun, pada pasien GERD terjadi gangguan pada peristaltic esofagusnya, sehingga terjadi penurunan pembersihan refluks yang mengakibatkan semakin parah gejala dan kerusakan yang terjadi pada mukosa esofagus.3
    Selain hal di atas, terdapat faktor resiko lain yang menyebabkan terjadinya GERD, antara lain2,5 :
  • Obesitas
  • Kehamilan
  • Merokok
  • Konsumsi kafein, alkohol, coklat, makanan berlemak
  • Makan dalam porsi besar atau makan larut malam
  • Obat (aspirin, nitrat, teofilin, verapamil)
  • Pakaian terlalu ketat
  • Pekerjaan yang sering mengangkat beban berat
  • Gangguan jaringan ikat (skleroderma)
  • Pengosongan lambung yang terlambat


GIMANA KITA TAHU KALAU TERKENA GERD ?

    Gejala yang paling khas terjadi adalah rasa nyeri / tidak enak di bagian ulu hati / sekitar dada bawah, dimana rasa nyeri tersebut seperti terbakar (heartburn), yang terkadang bercampur dengan gejala lain seperti sulit menelan, mual atau regurgitasi, dan rasa pahit / asam pada lidah. Terkadang pasien suka menyalahartikan rasa tidak nyaman pada dada dengan serangan jantung, namun hal ini tidak sama. Keluhan ini kebanyakan timbul pada saat malam hari, dan diperberat saat posisi tidur terlentang. Selain gejala tersebut, terdapat juga gejala ekstra-esofageal yang dapat timbul, yaitu suara serak, laringitis, batuk akibat aspirasi, sampai timbulnya bronkiektasis atau asma.1,2

    Selain dari gejala di atas, kita dapat mengetahui kemungkinan terkena GERD dengan menggunakan kuesioner sederhana bernama “GERD-Q”. bila hasil positif, maka dapat dilakukan pengobatan dengan PPI (Proton Pump Inhibitor).2


·             Tidak ada pemeriksaan baku emas untuk diagnosis GERD. Dengan demikian, diagnosis didasarkan pada kombinasi presentasi gejala, evaluasi endoskopi mukosa esofagus, pemantauan refluks, dan respons terhadap intervensi terapeutik.6 Namun terdapat sumber yang mengatakan dapat menggunakan endoskopi untuk melihat saluran cerna bagian atas dengan menemukan mucosal break di esofagus (penentuan derajat kerusakan dapat melihat klasifikasi Los Angeles).1,2


GIMANA CARA MENGATASI GERD ?

    Pada prinsipnya, tatalaksana yang dapat dilakukan untuk GERD adalah modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah, serta terapi endoskopik. Target yang dicapai, yaitu menyembuhkan lesi esofagus, menghilangkan gejala / keluhan, mencegah kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, serta mencegah timbulnya komplikasi.1

  • Modifikasi Gaya Hidup : modifikasi gaya hidup bukan merupakan tatalaksana primer untuk GERD, namun hal ini dilakukan untuk mengurangi frekuensi refluks serta kejadian kekambuhan. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain1,2 :

o   Meninggikan posisi kepala saat tidur, serta menghindari makan sebelum tidur dengan tujuan meningkatkan bersihan lambung selama tidur serta mencegah terjadinya refluks asam lambung ke esofagus. Minimal 2 sampai 4 jam setelah makan, baru boleh tidur.

o   Berhenti merokok dan konsumsi alkohol, dimana kedua hal tersebut dapat menyebabkan penurunan tonus dari sfingter esofagus bagian bawah dan mempengaruhi keadaan sel-sel epitel.

o   Mengurangi makanan yang mengandung lemak dan porsi setiap kali makan, karena keduanya dapat menyebabkan distensi lambung.

o   Menurunkan berat badan pada pasien dengan berat badan berlebih, serta menghindari menggunakan pakaian ketat untuk mengurangi tekanan intraabdomen.

o   Menghindari makan / minum seperti coklat, the, kopi, mint, dan soda karena dapat menstimulasi pengeluaran asam lambung.

o   Menghindari obat-obat yang dapat menurunkan tonus dari sfingter esofagus bagian bawah, misalnya anti kolinergik, teofilin, diazepam, opiat, antagonis kalsium, agonis beta adrenergik, progesteron.

  • Terapi Medikamentosa1,2 : Pada pemberian terapi, terdapat 2 alur yang dapat digunakan, yaitu step down dan step up.
    • Step down : pengobatan dimulai dengan PPI (Proton Pump Inhibitor) salaam 7-14 hari, setelah berhasil maka dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan selama 4 minggu, kemudian dikurangi hingga dosis terendah, hingga menggunakan golongan yang lebih rendah.
    • Step up : pengobatan dimulai dengan golongan yang lemah seperti antagonis reseptor H2 atau prokinetik. Bila gagal, dapat diberikan PPI dengan durasi terapi yang lebih lama.


APAKAH GERD BERBAHAYA ?

    Paparan dari refluks isi lambung terus menerus ke esofagus dapat menyebabkan berbagai macam kondisi, yaitu3,5 :

  • Striktur Esofagus : kerusakan yang diakibatkan oleh asam lambung yang terus naik ke atas yaitu terbentuknya jaringan parut. Jaringan parut ini menyebabkan penyempitan jalur makanan yang menyebabkan pasien menjadi sulit menelan.
  • Ulkus Esofagus : asam lambung dapat mengikis jaringan di kerongkongan, menyebabkan luka terbuka. Dimana luka terbuka tersebut dapat berdarah dan menyebabkan rasa sakit hingga membuat sulit menelan.
  • Barrett's Esofagus : kerusakan akibat asam dapat menyebabkan perubahan pada jaringan yang melapisi esofagus bagian bawah. Perubahan ini dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kerongkongan. Sehingga pasien dengan kecurigaan mengarah ke hal ini, harus menjalani pemeriksaan endoskopi secara berkala.


Nah, jadi buat kalian yang masih punya kebiasaan abis makan langsung tiduran, yuk diubah polanya, biar terhindar dari GERD 😊
Kalau kalian punya pertanyaan, boleh banget comment atau follow IG @regiaverent. Semoga bermanfaat ya! ^^


Daftar Pustaka :

1.     Setiati S, Alwi I, Sudoyo A, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

2.     Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 1st ed. Jakarta: PB IDI; 2017.

3.     Antunes C, Aleem A, Curtis S. Gastroesophageal Reflux Disease [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2022 [cited 4 June 2022]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441938/

4.     Hiatal hernia - Symptoms and causes [Internet]. Mayo Clinic. 2021 [cited 4 June 2022]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hiatal-hernia/symptoms-causes/syc-20373379

5.     Gastroesophageal reflux disease (GERD) - Symptoms and causes [Internet]. Mayo Clinic. 2020 [cited 4 June 2022]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gerd/symptoms-causes/syc-20361940#:~:text=Gastroesophageal%20reflux%20disease%20(GERD)%20occurs,reflux%20from%20time%20to%20time.

6.     Katz P, Dunbar K, Schnoll-Sussman F, Greer K, Yadlapati R, Spechler S. ACG Clinical Guideline for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. American Journal of Gastroenterology. 2021;117(1):27-56.

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

“WHITE COAT SYNDROME” PEMBUAT RANCU PENYAKIT HIPERTENSI

HATI-HATI ! LEPTOSPIROSIS MENGINTAI SAAT MUSIM HUJAN

DARAH PADA BAGIAN PUTIH MATA, BAHAYA GA SIH ??