Kenalan dengan Kencing Manis / Diabetes Melitus (DM)

APA ITU KENCING MANIS / DIABETES MELITUS ?

    Kencing manis / diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang memiliki ciri-ciri gula darah tinggi (hiperglikemia), dimana bisa diakibatkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya.1,2


APA SAJA MACAM-MACAM DIABETES MELITUS ?
  1. DM tipe I
    Kerusakan sel beta pankreas yang mengakibatkan produksi insulin tidak ada sama sekali, akibat dari autoimun ataupun idiopatik (tidak diketahui). Insulin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mencerna gula darah dalam tubuh. DM tipe ini memerlukan insulin dari luar tubuh secara terus menerus.2




  2. DM tipe II
    Kelainan pada sel beta pankreas, mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.1 DM tipe ini merupakan yang paling banyak terjadi dibandingkan tipe yang lainnya.3





  3. DM tipe lain :
    • DM Gestasional
      DM tipe ini merupakan diabetes yang terjadi pada saat masa kehamilan, dimana sebelum hamil penderita tidak pernah mengalami diabetes mellitus. Gangguan ini biasanya terjadi pada saat trimester kedua (hamil minggu ke-24), dan akan kembali normal setelah persalinan.1,2 

    • MODY
      Diabetes melitus tipe MODY merupakan DM yang terjadi pada usia muda (usia kurang dari 25 tahun). MODY mungkin disebabkan akibat mutasi pada hepatosit nuclear factor-1 alpha (HNF1A) dan gen glukokinase (GCK).4

    • LADA
      Diabetes autoimun laten pada orang dewasa (LADA) adalah bentuk diabetes autoimun yang berkembang lambat. LADA sendiri memiliki nama lain yaitu DM tipe 1,5. LADA sendiri merupakan bentuk lain dari diabetes melitus tipe 1 yang terjadi pada usia di atas 30 tahun, sehingga membutuhkan insulin dari luar secara terus menerus untuk mengontrolnya.5

BERAPA BANYAK KASUS DIABETES MELITUS ?

    Prevalensi DM di seluruh dunia telah meningkat secara dramatis selama dua dekade terakhir, dari sekitar 30 juta kasus pada tahun 1985 menjadi 382 juta pada tahun 2013. DM meningkat seiring bertambahnya usia. Pada tahun 2012, prevalensi DM di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 0,2% pada individu usia <20 tahun dan 12% pada individu usia>20 tahun. Pada individu usia >65 tahun, prevalensi DM sebesar 26,9%. Prevalensinya serupa pada pria dan wanita di sebagian besar rentang usia (14% dan 11%, masing-masing, pada individu usia> 20 tahun). Di seluruh dunia, sebagian besar individu dengan diabetes berusia antara 40 dan 59 tahun.3

    Berdasarkan data RISKESDAS pada tahun 2013-2018, didapatkan kasus diabetes melitus meningkat setiap tahunnya. Hampir seluruh provinsi di Indonesia mengalami peningkatan kasus DM, kecuali Nusa Tenggara Timur. Provinsi dengan kasus tertinggi antara lain DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara.2



APA SAJA FAKTOR RESIKO YANG MENYEBABKAN DIABETES MELITUS ?

    Diabetes melitus memiliki berbagai macam faktor resiko, dimana dibagi menjadi 2, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain ras, etnis, usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan > 4000 gram, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2500 gram). Sedangkan, faktor yang dapat dimodifikasi antara lain berat badan berlebih, obesitas sentral (dilihat dari ukuran lingkar perut), aktivitas fisik yang kurang, hipertensi (darah tinggi), dislipidemia (kadar lemak tinggi), diet tinggi kalori dan tidak seimbang, kondisi prediabetes, dan merokok.2

BAGAIMANA CARA MENGETAHUI KITA TERKENA DIABETES MELITUS ?

    Penegakkan diabetes melitus menggunakan pemeriksaan kadar glukosa darah. Dimana pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil plasma darah vena yang diperiksa secara enzimatik. Sedangkan untuk pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer.

    Beberapa keluhan yang dialami oleh penderita DM, dibagi menjadi keluhan klasik dan keluhan lainnya. Keluhan klasik dikenal dengan 3P, yaitu poliuria, polidipsia, polifagia, dan ditambah dengan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Keluhan lainnya yang dapat dialami, yaitu badan lemas, kesemutan, gatal, mata buram, disfungsi ereksi pada pria, dan gatal pada area genital pada wanita.1,6

    Kriteria diagnosis diabetes melitus meliputi 4 hal, yaitu2 :

·         Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi dimana tidak adanya asupan kalori selama minimal 8 jam.

·         Pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dl.

·         Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.

·         Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan metode yang terstandarisasi oleh National Glychohaemoglobin Standardization Program (NGSP).

    Hasil yang tidak termasuk dalam nilai normal atau kriteria DM, maka disebut prediabetes, dilihat dengan Toleransi Glukosa Terganggu dan Glukosa Darah Puasa Terganggu.2




BAGAIMANA CARA MENCEGAH / MENGONTROL DIABETES MELITUS ?

Penyakit diabetes melitus harus dicegah agar tidak semakin tinggi angka morbiditas yang ada. Pada orang dengan prediabetes harus lebih sadar akan dirinya, agar tidak masuk ke dalam diabetes. Terdapat beberapa macam bentuk pencegahan yang dapat dilakukan : 

  • Pengaturan Pola Makan1,2

    Pengaturan pola makan disesuaikan dengan kebutuhan kalori si penderita diabetes melitus. Pengaturan tersebut meliputi 3J (jumlah, jenis, jadwal) dan ditambah dengan aktivitas fisik lainnya. Pasien DM dengan  obesitas (IMT ≥25 kg/m2) harus mengurangi kebutuhan kalorinya sebesar 20-30%, sedang yang terlalu kurus (IMT <18,5 kg/m2) harus ditambahkan kebutuhan kalorinya sebesar 20-30%.

    Kebutuhan kalori basal seseorang dihitung dengan 25-30 kalori/kgBB/hari, namun belum dikurangi atau ditambah dengan faktor lainnya. Sehingga minimal asupan yang diperlukan untuk pasien wanita adalah 1000-1200 kalori/hari dan pria 1200-1600 kalori/hari.

    Secara umum, kebutuhan kalori diatas akan dibagi menjadi 3 porsi besar dan 2 porsi selingan diantaranya, yaitu makan pagi (20%), makan siang (30%), makan malam (25%), dan selingan (10-15%).

    Komposisi makanan yang dianjurkan yaitu karbohidrat (45-65%) dari total asupan energi namun harus yang tinggi serat (nasi merah), lemak (20-25%)  dari total asupan energi namun bukan lemak jenuh maupun lemak trans, protein sebesar 0,8-1 gram/kgBB/hari (ayam tanpa kulit, ikan, daging tanpa lemak, susu low fat, tahu dan tempe), natrium dibatasi yaitu <1500 mg/hari, dan 20-35 gram/hari.

  • Aktivitas Fisik1-3

    Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar dalam dalam pengelolaan diabetes melitus. Program lahitan fisik dilakukan minimal 30 menit setiap kali sebanyak 3-5 kali per minggu atau dengan total 150 menit/minggu dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

    Pada penderita diabetes, sebelum melakukan olahraga harus memeriksakan kadar gula darah terlebih dahulu. Apabila kadar gula darah > 250 mg/dl maka dapat ditunda terlebih dahulu, sedangkan bila < 100 mg/dl maka penderita diwajibkan untuk sarapan terlebih dahulu.


APA DIABETES MELITUS HARUS PAKAI OBAT ?
    
    Pengobatan pada pasien diabetes melitus lebih mengutamakan pada pola hidup sehat, dimana mengontrol faktor yang dapat dimodifikasi lebih diutamakan dibanding dengan pemberian obat dengan segera. Untuk pengobatan diabetes sendiri tidak bisa diberikan secara asal, karena setiap obat memiliki efek samping berbeda, dan bila disalahgunakan akan mengakibatkan penurunan gula darah yang drastis dan membahayakan bagi organ dalam tubuh.
    Apabila dengan pengendalian hidup sehat tidak bisa, maka selanjutnya pasien akan dianjurkan menggunakan obat secara oral atau minum, bisa 1 jenis obat ataupun lebih, tergantung dari kadar glukosa darah dan HbA1c yang ada. Jika nantinya sulit sekali untuk dikendalikan, maka langkah terakhir dapat menggunakan insulin, dimana insulin sendiri memiliki banyak cara kerja, sehingga tidak bisa digunakan secara sembarangan juga.





APA BAHAYA YANG TERJADI BILA DIABETES MELITUS TIDAK DIKENDALIKAN / DIOBATI ?

    Dari semua jenis diabetes melitus yang ada, komplikasi yang terjadi dapat meliputi mikrovaskular, makrovaskular, ataupun neuropatik. Komplikasi mikro/makrovaskular sendiri meliputi nefropati, retinopati, kardiovaskular, serebrovaskular, serta neuropatik. Diabetes melitus juga merupakan penyebab utama pengamputasian anggota tubuh. Hal ini disebabkan oleh vaskulopati dan neuropati (jika terjadi luka maka akan sulit untuk sembuh), sehingga terjadi infeksi yang tidak disadari. Pada ibu hamil dengan diabetes melitus saat masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadi hipoglikemi pada neonatus ataupun makrosomia (bayi besar).
    Komplikasi DM yang paling akut adalah ketoasidosis diabetikum (KAD), yang biasanya muncul pada DM tipe I. Dalam kondisi ini, kekurangan insulin berarti bahwa jaringan tidak dapat memperoleh glukosa dari aliran darah. Kompensasi untuk ini menyebabkan metabolisme lipid menjadi keton sebagai sumber energi pengganti, yang menyebabkan asidosis sistemik, dan dapat dihitung sebagai asidosis metabolik anion-gap. Kombinasi hiperglikemia dan ketosis menyebabkan diuresis, academia (pH <7,35), dan muntah yang menyebabkan dehidrasi dan kelainan elektrolit yang dapat mengancam jiwa. Pada DM tipe II, sindrom hiperglikemik hiperosmolar (HHS) menjadi perhatian yang muncul. Hal ini mirip dengan KAD dengan rasa haus yang berlebihan, peningkatan glukosa darah, mulut kering, poliuria, takipnea, dan takikardia. Namun, tidak seperti DKA, HHS biasanya tidak muncul dengan keton urin yang berlebihan karena insulin masih diproduksi oleh sel beta pankreas. Perawatan untuk DKA atau HHS melibatkan pemberian insulin dan hidrasi intravena yang agresif. Manajemen elektrolit yang hati-hati, terutama kalium, sangat penting dalam pengelolaan kondisi ini.4

YUK, KITA CEK SECARA BERKALA KADAR GULA DARAH, AGAR TERHINDAR DARI DIABETES MELITUS ! :) 
Semoga info ini bermanfaat buat kalian yang membaca ya. Kalau ada yang mau ditanyain boleh banget comment atau follow IG @regiaverent.


Daftar Pustaka :

1. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2019. 1st ed. Jakarta: PB PERKENI; 2019.

2. Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. Jakarta: InfoDATIN; 2020.

3. Kasper D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson J, Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine. 19th ed. United States: McGraw Hill Education; 2015.

4. Sapra A, Bhandari P. Diabetes Mellitus [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021 [cited 2 June 2022]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/

5. Castro M. Latent autoimmune diabetes in adults (LADA): What is it? [Internet]. Mayo Clinic. 2021 [cited 2 June 2022]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/type-1-diabetes/expert-answers/lada-diabetes/faq-20057880

6. Setiati S, Alwi I, Sudoyo A, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“WHITE COAT SYNDROME” PEMBUAT RANCU PENYAKIT HIPERTENSI

HATI-HATI ! LEPTOSPIROSIS MENGINTAI SAAT MUSIM HUJAN

DARAH PADA BAGIAN PUTIH MATA, BAHAYA GA SIH ??