HATI-HATI ! LEPTOSPIROSIS MENGINTAI SAAT MUSIM HUJAN

    

    Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyerang manusia dan bisa ditemukan diseluruh dunia. Leptospirosis banyak ditemukan di negara-negara dengan iklim tropis saat musim hujan dan negara-negara dengan iklim sedang seperti akhir musim panas hingga awal musim gugur. WHO memperkirakan adanya 873.000 kasus setiap tahunnya dengan jumlah kematian lebih dari 40.000 kasus. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Leptospira interogans. Bakteri paling sering menyebar melalu paparan urine hewan yang terinfeksi secara langsung maupun melalui kontak tanah atau air yang terkontaminasi dengan urine hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang biasanya menjadi penyebar kuman ini antara lain :

  • Babi
  • Kuda
  • Anjing
  • Hewan pengerat
  • Hewan liar
  • Hewan ternak
Hewan tersebut pada saat terinfeksi, mungkin tidak memiliki gejala terkena penyakit. Namun selama beberapa bulan atau tahun, mereka akan mengeluarkan bakteri tersebut ke lingkungan secara terus menerus melalui urine. 


    Manusia dapat terkena infeksi bakteri ini, dimana bakteri tersebut akan masuk melalui kulit atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut) yang tidak intak atau sedang terluka. Selain itu dapat juga terkena melalui air minum yang terkontaminasi dan melalui paparan air pada saat sedang hujan atau banjir. Pada ibu hamil, bakteri ini juga dapat ditularkan melalui plasenta ke janin yang mana menyebabkan keguguran pada trimester pertama atau kedua, ataupun lahir mati atau kematian intrauterine pada trimester ketiga. Ketika didalam tubuh, bakteri ini apkan masuk ke aliran limfatik dan menyebar ke seluruh tubuh, kemudian menetap di hati dan ginjal. Gejala baru akan muncul setelah 1 atau 2 bulan sejak terinfeksi.


    Leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya bagi para pekerja yang bekerja diluar ruangan atau dengan hewan, seperti :

  • Petani
  • Pekerja tambang
  • Pekerja saluran pembuangan atau petugas kebersihan lingkungan
  • Pekerja di rumah potong hewan
  • Dokter hewan atau penjaga hewan
  • Pekerja yang kontak dengan ikan
  • Peternak sapi perah
  • Personil militer

Penyakit ini juga dikaitkan dengan aktivitas seperti berenang, mengarungi sungai dengan bermain arung jeram, dan melakukan kegiatan di danau yang mungkin terkontaminasi. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi orang-orang yang suka berkemah atau aktif dalam olahraga diluar ruangan.


    Leptospirosis dapat muncul dalam 2 sindrom klinis berbeda, yaitu :

  1. Sindrom Anikterik
    Sindrom ini dapat sembuh sendiri dan muncul dengan gejala tidak spesifik atau hanya seperti flu. Onset tiba-tiba dan dapat muncul keluhan seperti batuk, sakit kepala, ruam, demam, nyeri otot, diare, ataupun anoreksia. Keluhan dapat terjadi selama beberapa hari sebelum resolusi demam. Sindrom ini jarang menjadi fatal dan biasa paling sering terjadi dalam 90% kasus yang ada. Namun sindrom ini dapat kambuh dalam beberapa hari kemudian yang dapat menimbulkan meningitis aseptik. Pasien tidak dapat pulih sempurna dan tetap mungkin menderita sakit kepala kronis dan episodik.

  2. Sindrom Ikterik
    Sindrom ini dikenal dengan penyakit Weil’s disease. Infeksi ini merupakan yang paling parah dan memiliki gejala seperti demam, gagal ginjal, penyakit kuning, perdarahan, dan gangguan pernafasan. Sindrom ini melibatkan berbagai macam organ, yaitu jantung, system saraf pusat, dan otot. Biasanya sindrom ini dapat berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan jika pasien dapat bertahan hidup.
Beberapa penyakit yang memiliki gejala sama dengan leptospirosis antara lain DBD, malaria, demam tifoid, kolesistitis, HIV primer, hepatitis A, meningitis, atau campak yang belum dilakukan vaksinasi.

    Diagnosis leptospirosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan kultur darah atau pemeriksaan mikroskopik test aglutinasi. Pada dasarnya penyakit ini menyerang beberapa bagian organ dalam tubuh, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dengan melihat fungsi ginjal dan hati, koagulasi darah, serta hitung jenis. Pemeriksaan lain seperti pengecekan cairan serebrospinal bila adanya kecurigaan meningitis dengan melakukan lumbal pungsi, x-ray thoraks, dan juga urinalisa.


    Pengobatan yang dapat diberikan pada leptospirosis tergantung dari derajat keparahan penyakit. Kebanyakan kasus akan selalu mendapatkan terapi antibiotik, namun pasien dapat diberikan terapi simptomatik untuk mengatasi gejala yang muncul. Pada pasien dengan gejala ringan atau tanpa kuning dapat diberikan antibiotik secara oral. Jika pasien dengan gejala berat atau dengan kuning, harus dilakukan perawatan intensif akibat dari kerusakan organ dalam tubuh dan membutuhkan pengobatan secara intravena. Selain itu, pada leptospirosis berat dapat diberikan injeksi kortikosteroid akibat dari kerusakan ginjal yang terjadi. Pasien juga dapat terjadia gagal nafas, sehingga memerlukan ventilator.


    Pada orang sehat yang beresiko tinggi dapat dilakukan pencegahan dengan pemberian doksisiklin. Selain itu, dapat dilakukan pencegahan dengan tidak berenang di area yang memungkinkan terjadinya kontaminasi pada air, penggunaan pakaian ataupun pelindung kaki pada saat melakukan aktivitas diluar ruangan yang berhubungan dengan kontak tanah maupun air yang beresiko terkontaminasi. Perilaku hidup besih dan sehat dapat diterapkan kepada seluruh anggota keluarga dengan menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus, kemudian mencuci tangan dan kaki dengan air mengalir serta sabun sehabis melakukan kegiatan diluar rumah.


    Pada kasus leptospirosis, biasanya banyak ditemukan meningitis aseptik pada beberapa pasien yang akan memiliki gejala nyeri kepala secara episodik. Kejadian gagal ginjal, kerusakan hati, perdarahan pada paru, miokarditis, dan vaskulitis jarang ditemukan dan biasanya dapat berakibat pada kematian.


DAFTAR PUSTAKA :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“WHITE COAT SYNDROME” PEMBUAT RANCU PENYAKIT HIPERTENSI

DARAH PADA BAGIAN PUTIH MATA, BAHAYA GA SIH ??